Oleh Ashadi Siregar
( 1 ) Suplai informasi semakin beragam, dan berbagai teknologi komunikasi ini semakin melayani kecenderungan manusia untuk semakin otonom dalam memperoleh informasi. Media interaktif memberi peluang bagi pengguna (user) untuk menentukan dan memilih informasi yang
diperlukannya, kebebasan semacam ini akan me
rombak tatanan sosial. Motivasi pengguna tidak
lagi dijawab dengan produk massal, yaitu media
massa bersifat searah yang sering menimbulkan
kemubaziran informasi itu. Produsen menyediaka
n informasi sebanyak-banyaknya, tetapi dengan
sistem akses, pengguna dapat mengambil yang diperlukannya saja. Efisiensi dalam pola
komunikasi interaktif, menyebabkan media massa
searah akan dianggap penghamburan enerji. Di lingkungan masyarakat manapun adanya, media massa merupakan pola komunikasi yang paling rendah penggunaannya di antara jenis-jenis komunikasi yang dijalankan anggota masyarakat. Meskipun cakupan distribusinya lebih luas, tetapi frekuensi penggunaannya kalah banyak dibandingkan dengan media sosial seperti komunikasi kelompok dan antar perorangan. Artinya proses komunikasi yang berlangsung dalam masyarakat sesungguhnya didominasi oleh
komunikasi yang tidak menggunakan media massa.
Setidaknya kalau dibuat peringkat pengunaan
proses komunikasi berturut-turut adalah komunikasi intra-pribadi, antar-pribadi, intra-kelompok,
antar-kelompok, intra-institusi, dan antar institusi.
Komunikasi berlangsung dalam konteks situasi pribadi, kelompok dan institusi. Setiap
tingkat situasi komunikasi ini memiliki karakteristik dan fungsi yang khas. Pada tingkat pribadi
baik antar peribadi maupun dalam situasi intra kelompok dan institusi berfungsi pragmatis
psikologis dan sosial, dan pada tingkat antar kelompok dan institusi berfungsi sosial.
( 2 ) Proses komunikasi menggunakan media massa ini terbatas dalam masyarakat, tetapi dalam hal
( 2 ) Proses komunikasi menggunakan media massa ini terbatas dalam masyarakat, tetapi dalam hal
pengaruh dianggap memiliki daya yang lebih besar. Posisi media semacam ini karena adanya
paradigma yang dominan dalam melihat keberadaan media massa, yaitu sebagai faktor tunggal
yang memiliki daya mempengaruhi sasarannya.
Sejumlah ahli bahkan merumuskan komunikasi
dengan media massa dengan pretensi untuk mengubah sasaran agar sesuai dengan kehendak
komunikator.
Paradigma ini menempatkan komunikan sebagai obyek yang pasif, yang dapat diubah dan
dibentuk oleh pihak komunikator. Media massa dimaksudkan untuk mewujudkan kepentingan
komunikator. Kepentingan ini dapat diartikan secara luas, mulai dari missi keagamaan, ideologi,
sampai pragmatis ekonomi. Tradisi media massa
di negara komunis dengan jelas dapat dilihat
sebagai contoh soal (Siebert, Peterson, dan Schramm, 1956). Begitu pula halnya pola komunikasi pembangunan yang bertolak dari
paradigma ini di negara berkembang, menempatkan gagasan-gagasan yang berasal dari atas
sebagai pesan yang perlu dimasukkan ke dalam alam pikiran dan mengubah perilaku sasaran (Oepen, 1988). Kalau daya media massa dianggap lemah, dapat diagregasi oleh kader partai atau agen
pembangunan yang menyebarkan gagasan yang sama.
Sikap dasar dalam berkomunikasi semacam ini mewujud lebih luas dari sekadar yang dijalankan
di negara komunis sebagai kegiatan propaganda ataupun komunikasi pembangunan di negara
( 3 ) Dalam kaitan dengan remaja,
dengan sendirinya berada dalam kegiatan komunikasi mulai dilihat dari tipe dan situasi komunikasi yang dijalankan. Mulai dari
komunikasi menggunakan
media sosial, media massa, dan media interaktif; dan situasi komunikasimulai dari komunikasi
intra-pribadi, antar-pribadi, intra-kelompok, antar-kelompok, intra-institusi, dan antar institusi.
Dengan kata lain media massa hanyalah salah satu
dari sekian banyak dari kegiatan komunikasi
yang melingkupinya, dan ini masih perlu dilihat lagi
situasi komunikasi untuk mana media tersebut
digunakan.
Media massa dapat dibedakan atas dasar sifat teknologi (technological traits) yaitu media
cetak (buku, majalah dan suratkabar), media elektronik (rekam dan broadcast), dan media film.
Dengan cara lain, media massa juga dapat di
golongkan atas dasar cara penggunaa yaitu media
pandang, media dengar, dan media
pandang-dengar; dan berdasarkan isinya dapat dibedakan dari materi jurnalisme (faktual)
dan non-jurnalisme (fiksional).
Masing-masing tipe media memiliki karakteristik atas dasar teknologi dan sifat materi pesannya.
Mempertalikan media massa dengan remaja sebagai pengguna dapat dilihat dari dua sisi,
pertama sebagai pemenuhan motivasinya (uses and
gratification), dan kedua efek media massa
terhadap remaja. Kedua hal ini membawa konsekuensi dalam penekanan bahasan terhadap
relevansinya dengan perkembangan remaja. Di satu pihak perlu dilihat media massa mana saja
yang merupakan refleksi dari motivasi remaja. Pada pihak lain media massa ikut berpengaruh
terhadap perkembangan nilai-nilai yang dianut remaja.
Sisi pertama akan membangun kerangka pe
mikiran tentang adanya media massa yang
diformat secara spesifik dengan formula dan ba
uran keredaksian yang ditujukan untuk remaja.
Pemformatan formula dan bauran
keredaksian ini dapat
diwujudkan melalui orientasi institusional
media atau rubrikasi. Dengan demikian media ma
ssa dan rubrik yang spesifik ditujukan kepada
khalayak remaja menjadi indikator dari pemikiran, nilai dan cara hidup para remaja.
Pada sisi kedua, untuk melihat efek media
terhadap perkembangan remaja, kita perlu
melihat sejauh mana remaja memang menjadi khalayak media, untuk kemudian mengukur muatan
macam apa dan melalui media macam apa yang mempengaruhi remaja. Pengaruh ini dapat
dipilahkan dari tingkat kognitif, afektif dan konatif.
Sampai saat ini di Indonesia belum ada
skolar yang menumpukan perhatian secara khusus
untuk melakukan pengamatan terhadap media massa
khusus remaja dan efek media terhadap
remaja. Dengan demikian sebagai persoalan metodologis, kita masih perlu mengeksplorasi dunia
remaja dan media massa. Setidaknya
dapat dipaparkan sebagai berikut:
Dengan mengamati media massa sebagai refleksi motivasi remaja, di satu sisi dapat dijadikan dasar dalam mengemba ngkan formula dan bauran keredaksian untuk tipe media massa
Nama : Dewi Rahayuningsih
Kelas : IX G
No urut : 11
0 komentar:
Posting Komentar